PAI
PETERNAKAN
A.
Pendahuluan PAI
Modernisasi ditandai majunya iptek,
adapun era globalisasi dapat dilihat dari penggunaan teknologi dan informasi
yang yang membuat dunia seolah tiada jarak, batas antara negara satu dengan
yanga lain “Dunia RT”. Kejadian dan peristiwa yang terjadi pada belahan
dunia manapun dapat kita saksikan secara langsung melalui internet dan layar
kaca. Kemajuan teknologi informasi pada saat yang sama membawa dampak berupa
kebebasan, kemewahan, pornografi, kekerasan dan lain sebagainya yang berbeda
dengan tradisi ketimuran. Hal ini membawa konsekuensi tercerabutnya norma-norma
agama, dan tradisi lokal sosial politik, ekonomi, gaya hidup.
Manusia modern[1]
adalah manusia rasional yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk
kemaslahatan masyarakat. Manusia modern dengan rasionalitasnya serta iptek
seharusnya mampu berpikir secara bijak tetapi realitas kehidupan berbanding
terbalik dengan kemajuan iptek dimana kualitas kehidupan manusia semakin
gersang. Maka tidak dipungkiri timbul das sein dan das
sollen dalam kehidupan manusia modern, sehingga menimbulkan penyakit
sosial-kejiwaan[2].
Dampak dari ketidakseimbangan dapat
kita saksikan manusia hidup dalam peradapan super canggih namun mereka tidak
mampu mengikuti perkembangan kemajuan jaman yang tidak dapat dihentikan pada akhirnya
sebagian besar dari mereka “terbelenggu dalam kemodernan”. Manusia
modern model inilah yang kehilangan kebermaknaan hidup (the meaningless of
life) yaitu suatu keadaan dimana ia selalu resah dalam mengambil keputusan,
ia tidak tau apa yang harus dilakukan, tidak tau arah tujuan hidup yang
diinginkan. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Sayyd Hossein Nasr
bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya telah
tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak
mampu menjawab problem kehidupan yang sedang hadapinya.
Manusia terkerangkeng
dalam kemodernan mau tidak mau harus mencari jalan untuk melepaskan dari
keterbelengguan. Supaya terlepas dari itu manusia harus mempertanyakan tentang
spiritualitasnya (dari mana[3],
untuk apa[4],
dan kemana[5]).Dalam
mencapai kesempurnaan spiritualitas manusia perlu melakukan proses pencarian
tuhan[6].
Pencarian Tuhan dapat kita lakukan dengan melihat ayat kauliayah (al-Quran) dan
ayat kauniyah (ayat semesta alam) merupakan hal yang fitrah dalam hidup
manusia.
Agama (bertauhid) bagi manusia
merupakan fitrah[7].
Fitrah kemanusiaan yakni manusia mengikuti hukum-hukum Tuhan. Maka dari itu
agama menjadi kebutuhan dan keharusan bagi manusia. Agama menjadi fitrah bukan
disebabkan kepentingan tanah air dan kesukuan, karena naluri manusia tidak bisa
dilepaskan dari kebutuhan akan agama walaupun mereka telah tercapai berbagai
keinginannya. Karena agama menuju kepada tujuan yang tidak terbatas, abadi dan
mutlak.
Agama Islam merupakan sumber ajaran
yang tidak akan pernah lekang oleh waktu serta mampu membimbing ke arah petunjuk
yang lurus (hanif) kepada siapa saja yang meyakininya. Maka timbullah
pertanyaan yang menggelitik dalam pikiran kita mengapa islam (sebagai ajaran)
tidak pernah lekang dimakan oleh zaman? Padahal sumber hukumnya diwahyukan pada
1432 H/ 16 abad yang lalu dapat bersanding dengan kehidupan manusia yang selalu
mengalami perubahan? Al-quran sebagai wahyu merupakan pedoman yang bersifat
abadi dan mutlak, sedangkan kehidupan manusia bersifat relatif dan selalu
mengalami perubahan. Diperlukan dialog yang intensif untuk menyandingkan antara
wahyu (al-Quran) yang abadi, mutlak dan
universal dengan kehidupan manusia yang relatif.
Islam merupakan agama yang sempurna
dan bersifat universal. Universalitas islam selain bermakna keberlakuan islam
untuk semua umat manusia, bangsa dan negara, juga substansi ajaranya, jika
ajaran islam diajarkan kepada siapaun akan membawa pada kebaikan hidup,
walaupun orang tersebut secara formal belum menyatakan keislamannya. Substansi
ajaran islam seluas kehidupan dan persoalan manusia, sehingga islam tidak hanya
mengatur hubungan dengan Allah swt saja, tetapi juga mengatur hubungan dengan
sesama manusia dalam berintaraksi dengan lingkunganya. Kedua hubungan ini tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena merupakan satu kesatuan
saling terintegrasi, semakin intim hubungan manusai dengan Allah swt maka akan
berbanding lurus dengan hubungan dengan sesamanya. Keutuhan islam inilah yang
menjadi daya pikat manusia untuk menjadikannya sebagai pedoman dan arahana
hidup yang paling komplit di antara agama2 yang ada. Islam merupakan sistem
hidup utuh karena selain mengupas masalah dunia, juga banyak berbicara masalah
kehidupan setelah mati.
Pendidikan Agama Islam sebagai
bagaian dari mata kuliah kepribadian mempunyai visi “sumber nilai dan pedoman
dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi yang mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia indonesia seutuhnya. Adapun misi
“membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan cinta
tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu
dan teknologi dan seni yang dimilikinya secara tanggungjawab sedangkan tujuan
pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berakhlaq
mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
bertanggungjawab dan demokratis.
B.
Evaluasi
Evalasi adalah suatu keniscayaan
untuk mengetahui perkembangan mahasiswa dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi
mempunyai tujuan untuk memantau proses dan tingkat penyerapan pelajar terhadap
materi yang telah mereka pelajari dalam kurun waktu tertentu disamping sebagai
upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Evaluasi pelajar di perguruan
tinggi tidak hanya mengacu pada apa yang bersifat tekstual namun harus juga
memadukan hal-hal yang bersifat kontekstual (kreativitas dan eksploratif).
Maka evaluasi Pendidikan Agama
Islam dalam hal ini mencakup aspek (a) IQ (dapat terwakili dengan penugasan
kelompok maupun individual, UTS dan UAS) (b) EQ (dapat terwakili dengan
interaksi pelajar dengan pelajar yang lain serta lingkungan sosialnya) SQ
(kecerdasan ini lebih menekankan pada aspek motorik berkaitan dengan membaca
dan tulis al-Quran dan Hadis serta aspek ibadah yang lain). Ke-tiga aspek
kecerdasan itu dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
80% Kehadiran minimal pelajar dalam
perkulian selama satu semester.
2.
Keaktifan perkuliahan dan diskusi (10%)
3.
Kualitas tugas dan presentasi
a.
Tersetruktur 1 (10%)
b.
Tersetruktur 2 (10%)
4.
Adap bertindak dan berbusana (10%)
5.
Tes (50)
a.
BTAH
b.
UTS
c.
UAS
6.
Kelengkapan belajar (10%)
C.
Meteri Perkuliahan
Pert
|
Tanggal
|
Topik-topik
perkuliahan
|
1
|
5 Sep 2012
|
Perkenalan dan kontrak kuliah
|
2
|
12 Sep 2012
|
Konsep ketuhanan dalam islam
|
3
|
17 Sep 2012
|
Sumber Hukum Islam islam
|
4
|
14 Sep 2012
|
Konsep iman dan takwa
|
5
|
17 Sep 2012
|
islam dan manusia (khalifah problem dan
tantangan era global)
|
6
|
21 Sep 2012
|
Islam dan isu-isu pendidikan karakter (upaya
menuju manusia indonesia yang berkarakter karimah)
|
7
|
24 Sep 2012
|
Agama dan IPTEKS (interkoneksitas keilmuan
dan produk modern)
|
8
|
UTS
|
|
9
|
28 Sep 2012
|
Kerukunan umat beragama dalam pandangan
islam
|
10
|
01 Okt 2012
|
Konsep masyarakat dalam islam
|
11
|
5 Okt 2012
|
Islam dan isu-isu lingkungan Hidup
mewujudkan lingkungan yang lebih sehat
|
12
|
8 Okt 2012
|
Birrul walidain (berbakti kepada orang tua
dalam pusaran modernitas)
|
13
|
12 Okt 2012
|
Budaya dalam perspektif islam
|
14
|
15 Okt 2012
|
Prinsip ekonomi bisnis dalam islam (upaya
pemberdayaan umat)
|
15
|
19 Okt 2012
|
Etika politik islam (mewujudkan Negara
Indonesia baldatun yibatun wa rabbul ghafur)
|
16
|
22 Okt-26 Okt 2012
|
UAS
|
DISKRIPSI MATERI PERKULIAHAN
Topik
Perkuliahan
|
Diskripsi
|
Konsep ketuhanan dalam islam
|
Hakekat
tuhan,
|
Sumber hukum islam
|
Al-Qur’an,
hadis, ijma’ dan qiyas
|
Iman dan takwa
|
Menggambarkan
konsep iman dan takwa, tanda orang beriman dan takwa,korelasi iman dan takwa,
serta peran keduanya dalam mengghadapi
|
Agama dan manusia (khalifah problem dan tantangan
global)
|
Hakekat,
tujuan, tugas manusia serta manajeman agar sukses menjadi khalifah (kritik
evolusi darwin).
|
Islam dan isu-isu pendidikan karakter (upaya menuju
manusia indonesia yang berkarakter karimah)
|
Pengertian
kebribadian, karakter kepribadian muslim, akhlaq islami (akhlaq pada allah
rasul, sesama, diri sendiri), cara menumbuhkan kepribadian dan penyebab
lemahnya kepribadian (tidak bisa dilepaskan dari muhammad saw)
|
Birul-walidain (berbakti kepada orang tua dalam pusaran
modernitas)
|
Hak
dan kewajiban orang tua hak dan kewajiban anak kepada orang tua, korelasinya
dalam konteks kekinian
|
Islm dan IPTEKS (interkoneksitas keilmuan)
|
Kedudukan
iptek dalam al-Quran, kedudukan, peran dan tanggung jawab intelektual muslim,
al-Quran dan ilmu peternakan.
|
Kerukunan
umat beragama dalam pandangan islam
|
batasan
toleransi pergaulan dengan nonmuslim yang perbolehkan; hukum mengikuti
upacara keagamaan agama lain atau mengucapkan selamat; hukum perkawinan beda
agama.
|
Masyarakat dalam islam perspektif keberadilan
|
Islam
dan permasalahan sosial (korupsi atau pendidikan inklusi).
|
Islam dan isu-isu lingkungan Hidup mewujudkan
lingkungan harmonis
|
Membahas
isu-isu pencemaran lingkungan, illegal logging, illegal fishing, sampah, etika
islam terhadap lingkungan
|
Budaya dalam perspektif islam (mengembalikan identitas
islam dalam era global)
|
Menggambarkan
kontributif islam dalam bidang budaya masjid jadi pusat pengembangannya.
|
Prinsip ekonomi bisnis dalam islam (upaya pemberdayaan
umat)
|
ZIS
perspektif dalam perberdayaan umat
|
Etika politik islam (mewujudkan Negara Indonesia baldatun
yibatun wa rabbul ghafur)
|
Mana
yang lebih tepat penerapan sistem khilafah atau demokrasi untuk konteks
Indonesia? bagaimana model pemerintahan ala Rasulullah dan khulafaur
rasyidun? adakah titik temu antara sistem politik Islam dengan sistem
demokrasi?
|
D.
Sumber Rujukan
Al-Quran dan
terjemahan
Muhammad Al-Utsaimin,
Syarah Kitab Tauhid, jilid 1&2, terj; Kathur Suhardi, Darul Falah,
Jakarta: 2003
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Sebuah Pengantar), Amzah, Tanpa
Kota: 2005.
Ali Nizar, Memahami Hadis Nabi (Metode Dan Pendekatan),
Cesad, Yogyakarta, 2001.
A.Qodir Hasan, Ilmu Musthalah Hadis, Diponegoro, Bandung,
2007.
Baidan Nasruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2005.
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj
Mudzakir As, Litera Antar Nusa: 2007.
Rasyid, Sulaiman, Sumber Hukum
Islam Permasalahan Dan Fleksibilitasnya, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Yusuf Baharudin, Keteladanan
Rasulullah SAW, Ittaqa Press, Yogyakarta: 1999.
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah
Islam, LPPI, Yoyakarta: 2007.
Shihab, M. Quraish, 1998, Wawasan
Al-Qur’an, Cet. VIII, Bandung: Penerbit Mizan
Yusuf al-Qardhawi, Sistem
Masyarakat Islam Dalam Pandangan Al-Quran Dan Sunnah. Jakarta. Citra Islami
Press. 1997
, Hukum-Hukum Zakat Studi Komparatif
Mengenai Stasus Filsafat Zakat Dalam Quran dan Sunah. Jakarta. Lentara
Antar Nusa. 1996.
Masyarakat
Berbasis Syariat Islam Hukum Perekonomian, Perempuan. Solo: Era
Intermedia: 2003.
Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wawasan Fikih,
jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003.
Sony Warsono- Bin Hardono, Al-Quran Dan Akuntasi Menggugah
Pikiran Mengetuk Relung Qalbu, Yogyakarta: Abpublisher, 2012.
Mary Evelyn Tucker dan John A Grim (ed), Agama, Filasafat
Dan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2003
Ali Muhammad Tufiq, Praktik
Manajemen Berbasis al-Quran, Jakarta: GIP, 2004
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi
Al-Quran Tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Salemba Dinayah, 2002.
Buchori Alma dan Donni Juni
Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung: Alfabeta, 2009.
M. Hasan Qadran Qoramaliki: al-Quran
dan Pluralisme Agama Islam Satu Agama Di Antara Jalan Yang Lurus Dan Toleransi
Sosial, jakarta: Sadra Press, 2011.
[1] Dalam arti yang lain Manusia
Modern adalah manusia yang sudah kehilangan jati dirinya, perilakunya sudah
seperti perilaku robot, tanpa perasaan. Senyumnya tidak lagi seindah senyuman fitri
seorang bayi, tetapi lebih sebagai make up. Tawanya tidak lagi spontan
seperti tawa ceria kanak-kanak dan remaja, tetapi tawa yang diatur sebagai
bedak untuk memoles kepribadiannya. Tangisannya tidak lagi merupakan rintihan
jiwa, tetapi lebih merupakan topeng untuk menutupi borok-borok akhlaknya, dan
kesemuanya sudah diprogramkan kapan harus tertawa dan kapan harus menangis.
[2]Sebagai
akibat dari penyakit manusia modern yang berkepanjangan, maka manusia modern
mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa: (a) Kecemasan (b) Kesepian (c)
Kebosanan (d) Perilaku menyimpang, (e) psikosomatis (f) pemiskinan dan
penindasan terstruktur.
[3]ôs)s9ur$oYø)n=yzz`»|¡SM}$#`ÏB7's#»n=ß`ÏiB&ûüÏÛÇÊËȧNèOçm»oYù=yèy_ZpxÿôÜçRÎû9#ts%&ûüÅ3¨BÇÊÌÈ¢OèO$uZø)n=yzspxÿôÜZ9$#Zps)n=tæ$uZø)n=ysùsps)n=yèø9$#ZptóôÒãB$uZø)n=ysùsptóôÒßJø9$#$VJ»sàÏã$tRöq|¡s3sùzO»sàÏèø9$#$VJøtm:¢OèOçm»tRù't±Sr&$¸)ù=yztyz#uä4x8u$t7tFsùª!$#ß`|¡ômr&tûüÉ)Î=»sø:$#ÇÊÍÈ
3. Dan Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah,
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian
Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik. <al-Mukminun: 12-14>
4. Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
<ad-Dzariat: 56>.
[5]y#øx.crãàÿõ3s?«!$$Î/öNçGYà2ur$Y?ºuqøBr&öNà6»uômr'sù(§NèOöNä3çGÏJã§NèOöNä3Íøtä§NèOÏmøs9Î)cqãèy_öè?ÇËÑÈ
5. Mengapa kamu kafir
kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian
kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan? <al-Baqarah: 28>
Ï9ºxx.urüÌçRzOÏdºtö/Î)|Nqä3n=tBÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#urtbqä3uÏ9urz`ÏBtûüÏYÏ%qßJø9$#ÇÐÎÈ$£Jn=sù£`y_Ïmøn=tãã@ø©9$##uäu$Y6x.öqx.(tA$s%#x»ydÎn1u(!$£Jn=sù@sùr&tA$s%Iw=Ïmé&úüÎ=ÏùFy$#ÇÐÏÈ$£Jn=sù#uäutyJs)ø9$#$ZîÎ$t/tA$s%#x»ydÎn1u(!$£Jn=sù@sùr&tA$s%ûÈõs9öN©9ÎTÏökuÎn1uúsðqà2V{z`ÏBÏQöqs)ø9$#tû,Îk!!$Ò9$#ÇÐÐÈ$£Jn=sù#uäu}§ôJ¤±9$#ZpxîÎ$t/tA$s%#x»ydÎn1u!#x»ydçt9ò2r&(!$£Jn=sùôMn=sùr&tA$s%ÉQöqs)»tÎoTÎ)ÖäüÌt/$£JÏiBtbqä.Îô³è@ÇÐÑÈ
6. 75. Dan Demikianlah
Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di
langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang
yakin. (76). Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia
berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia
berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (77). Kemudian
tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku".
tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
(78). Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia
berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. (79). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang
menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku
bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan <al-Anam: 75-79>
øÎ)urxs{r&y7/u.`ÏBûÓÍ_t/tPy#uä`ÏBóOÏdÍqßgàßöNåktJÍhèöNèdypkôr&ur#n?tãöNÍkŦàÿRr&àMó¡s9r&öNä3În/tÎ/((#qä9$s%4n?t/¡!$tRôÎgx©¡cr&(#qä9qà)s?tPöqtÏpyJ»uÉ)ø9$#$¯RÎ)$¨Zà2ô`tã#x»ydtû,Î#Ïÿ»xîÇÊÐËÈ
7. 172. Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" <al-A’raf:
172> liat pula hadis “Kullu mauludin yuladu alal fitrah a abawahu yuhawidanaihi aw
yunashironihi, aw yumajisanihi”. (Setiap
bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah berpotensi untuk berbuat baik dan
buruk tergantung orang tuanya, mau dijadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi
(HR. Bukhori dan Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar