Kamis, September 20, 2012

File PAI


COURSE OUTLINE (BERITA ACARA PERKULIAHAN)
PAI PETERNAKAN

A.  Pendahuluan PAI
Modernisasi ditandai majunya iptek, adapun era globalisasi dapat dilihat dari penggunaan teknologi dan informasi yang yang membuat dunia seolah tiada jarak, batas antara negara satu dengan yanga lain “Dunia RT”. Kejadian dan peristiwa yang terjadi pada belahan dunia manapun dapat kita saksikan secara langsung melalui internet dan layar kaca. Kemajuan teknologi informasi pada saat yang sama membawa dampak berupa kebebasan, kemewahan, pornografi, kekerasan dan lain sebagainya yang berbeda dengan tradisi ketimuran. Hal ini membawa konsekuensi tercerabutnya norma-norma agama, dan tradisi lokal sosial politik, ekonomi, gaya hidup.
Manusia modern[1] adalah manusia rasional yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kemaslahatan masyarakat. Manusia modern dengan rasionalitasnya serta iptek seharusnya mampu berpikir secara bijak tetapi realitas kehidupan berbanding terbalik dengan kemajuan iptek dimana kualitas kehidupan manusia semakin gersang. Maka tidak dipungkiri timbul das sein dan das sollen dalam kehidupan manusia modern, sehingga menimbulkan penyakit sosial-kejiwaan[2].
Dampak dari ketidakseimbangan dapat kita saksikan manusia hidup dalam peradapan super canggih namun mereka tidak mampu mengikuti perkembangan kemajuan jaman yang tidak dapat dihentikan pada akhirnya sebagian besar dari mereka “terbelenggu dalam kemodernan”. Manusia modern model inilah yang kehilangan kebermaknaan hidup (the meaningless of life) yaitu suatu keadaan dimana ia selalu resah dalam mengambil keputusan, ia tidak tau apa yang harus dilakukan, tidak tau arah tujuan hidup yang diinginkan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sayyd Hossein Nasr bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang hadapinya.
Manusia terkerangkeng dalam kemodernan mau tidak mau harus mencari jalan untuk melepaskan dari keterbelengguan. Supaya terlepas dari itu manusia harus mempertanyakan tentang spiritualitasnya (dari mana[3], untuk apa[4], dan kemana[5]).Dalam mencapai kesempurnaan spiritualitas manusia perlu melakukan proses pencarian tuhan[6]. Pencarian Tuhan dapat kita lakukan dengan melihat ayat kauliayah (al-Quran) dan ayat kauniyah (ayat semesta alam) merupakan hal yang fitrah dalam hidup manusia.
Agama (bertauhid) bagi manusia merupakan fitrah[7]. Fitrah kemanusiaan yakni manusia mengikuti hukum-hukum Tuhan. Maka dari itu agama menjadi kebutuhan dan keharusan bagi manusia. Agama menjadi fitrah bukan disebabkan kepentingan tanah air dan kesukuan, karena naluri manusia tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan akan agama walaupun mereka telah tercapai berbagai keinginannya. Karena agama menuju kepada tujuan yang tidak terbatas, abadi dan mutlak.
Agama Islam merupakan sumber ajaran yang tidak akan pernah lekang oleh waktu serta mampu membimbing ke arah petunjuk yang lurus (hanif) kepada siapa saja yang meyakininya. Maka timbullah pertanyaan yang menggelitik dalam pikiran kita mengapa islam (sebagai ajaran) tidak pernah lekang dimakan oleh zaman? Padahal sumber hukumnya diwahyukan pada 1432 H/ 16 abad yang lalu dapat bersanding dengan kehidupan manusia yang selalu mengalami perubahan? Al-quran sebagai wahyu merupakan pedoman yang bersifat abadi dan mutlak, sedangkan kehidupan manusia bersifat relatif dan selalu mengalami perubahan. Diperlukan dialog yang intensif untuk menyandingkan antara wahyu (al-Quran) yang  abadi, mutlak dan universal dengan kehidupan manusia yang relatif.
Islam merupakan agama yang sempurna dan bersifat universal. Universalitas islam selain bermakna keberlakuan islam untuk semua umat manusia, bangsa dan negara, juga substansi ajaranya, jika ajaran islam diajarkan kepada siapaun akan membawa pada kebaikan hidup, walaupun orang tersebut secara formal belum menyatakan keislamannya. Substansi ajaran islam seluas kehidupan dan persoalan manusia, sehingga islam tidak hanya mengatur hubungan dengan Allah swt saja, tetapi juga mengatur hubungan dengan sesama manusia dalam berintaraksi dengan lingkunganya. Kedua hubungan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena merupakan satu kesatuan saling terintegrasi, semakin intim hubungan manusai dengan Allah swt maka akan berbanding lurus dengan hubungan dengan sesamanya. Keutuhan islam inilah yang menjadi daya pikat manusia untuk menjadikannya sebagai pedoman dan arahana hidup yang paling komplit di antara agama2 yang ada. Islam merupakan sistem hidup utuh karena selain mengupas masalah dunia, juga banyak berbicara masalah kehidupan setelah mati.
Pendidikan Agama Islam sebagai bagaian dari mata kuliah kepribadian mempunyai visi “sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi yang mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia indonesia seutuhnya. Adapun misi “membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu dan teknologi dan seni yang dimilikinya secara tanggungjawab sedangkan tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berakhlaq mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab dan demokratis.

B.  Evaluasi
Evalasi adalah suatu keniscayaan untuk mengetahui perkembangan mahasiswa dalam kurun waktu tertentu. Evaluasi mempunyai tujuan untuk memantau proses dan tingkat penyerapan pelajar terhadap materi yang telah mereka pelajari dalam kurun waktu tertentu disamping sebagai upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Evaluasi pelajar di perguruan tinggi tidak hanya mengacu pada apa yang bersifat tekstual namun harus juga memadukan hal-hal yang bersifat kontekstual (kreativitas dan eksploratif).
Maka evaluasi Pendidikan Agama Islam dalam hal ini mencakup aspek (a) IQ (dapat terwakili dengan penugasan kelompok maupun individual, UTS dan UAS) (b) EQ (dapat terwakili dengan interaksi pelajar dengan pelajar yang lain serta lingkungan sosialnya) SQ (kecerdasan ini lebih menekankan pada aspek motorik berkaitan dengan membaca dan tulis al-Quran dan Hadis serta aspek ibadah yang lain). Ke-tiga aspek kecerdasan itu dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      80% Kehadiran minimal pelajar dalam perkulian selama satu semester.
2.      Keaktifan perkuliahan dan diskusi (10%)
3.      Kualitas tugas dan presentasi
a.       Tersetruktur 1 (10%)
b.      Tersetruktur 2 (10%)
4.      Adap bertindak dan berbusana (10%)
5.      Tes (50)
a.       BTAH
b.      UTS
c.       UAS
6.      Kelengkapan belajar (10%)
C.  Meteri Perkuliahan
Pert
Tanggal
Topik-topik perkuliahan
1
5 Sep 2012
Perkenalan dan kontrak kuliah
2
12 Sep 2012
Konsep ketuhanan dalam islam
3
17 Sep 2012
Sumber Hukum Islam islam
4
14 Sep 2012
Konsep iman dan takwa
5
17 Sep 2012
islam dan manusia (khalifah problem dan tantangan era global)
6
21 Sep 2012
Islam dan isu-isu pendidikan karakter (upaya menuju manusia indonesia yang berkarakter karimah)
7
24 Sep 2012
Agama dan IPTEKS (interkoneksitas keilmuan dan produk modern)
8

UTS
9
28 Sep 2012
Kerukunan umat beragama dalam pandangan islam
10
01 Okt 2012
Konsep masyarakat dalam islam
11
5 Okt 2012
Islam dan isu-isu lingkungan Hidup mewujudkan lingkungan yang lebih sehat
12
8 Okt 2012
Birrul walidain (berbakti kepada orang tua dalam pusaran modernitas)
13
12 Okt 2012
Budaya dalam perspektif islam
14
15 Okt 2012
Prinsip ekonomi bisnis dalam islam (upaya pemberdayaan umat)
15
19 Okt 2012
Etika politik islam (mewujudkan Negara Indonesia baldatun yibatun wa rabbul ghafur)
16
22 Okt-26 Okt 2012
UAS

DISKRIPSI MATERI PERKULIAHAN
Topik Perkuliahan
Diskripsi
Konsep ketuhanan dalam islam
Hakekat tuhan,
Sumber hukum islam
Al-Qur’an, hadis, ijma’ dan qiyas
Iman dan takwa

Menggambarkan konsep iman dan takwa, tanda orang beriman dan takwa,korelasi iman dan takwa, serta peran keduanya dalam mengghadapi
Agama dan manusia (khalifah problem dan tantangan global)
Hakekat, tujuan, tugas manusia serta manajeman agar sukses menjadi khalifah (kritik evolusi darwin).
Islam dan isu-isu pendidikan karakter (upaya menuju manusia indonesia yang berkarakter karimah)
Pengertian kebribadian, karakter kepribadian muslim, akhlaq islami (akhlaq pada allah rasul, sesama, diri sendiri), cara menumbuhkan kepribadian dan penyebab lemahnya kepribadian (tidak bisa dilepaskan dari muhammad saw)
Birul-walidain (berbakti kepada orang tua dalam pusaran modernitas)
Hak dan kewajiban orang tua hak dan kewajiban anak kepada orang tua, korelasinya dalam konteks kekinian
Islm dan IPTEKS (interkoneksitas keilmuan)
Kedudukan iptek dalam al-Quran, kedudukan, peran dan tanggung jawab intelektual muslim, al-Quran dan ilmu peternakan.
Kerukunan umat beragama dalam pandangan islam
batasan toleransi pergaulan dengan nonmuslim yang perbolehkan; hukum mengikuti upacara keagamaan agama lain atau mengucapkan selamat; hukum perkawinan beda agama.
Masyarakat dalam islam perspektif keberadilan
Islam dan permasalahan sosial (korupsi atau pendidikan inklusi).
Islam dan isu-isu lingkungan Hidup mewujudkan lingkungan harmonis
Membahas isu-isu pencemaran lingkungan, illegal logging, illegal fishing, sampah, etika islam terhadap lingkungan
Budaya dalam perspektif islam (mengembalikan identitas islam dalam era global)
Menggambarkan kontributif islam dalam bidang budaya masjid jadi pusat pengembangannya.
Prinsip ekonomi bisnis dalam islam (upaya pemberdayaan umat)
ZIS perspektif dalam perberdayaan umat
Etika politik islam (mewujudkan Negara Indonesia baldatun yibatun wa rabbul ghafur)
Mana yang lebih tepat penerapan sistem khilafah atau demokrasi untuk konteks Indonesia? bagaimana model pemerintahan ala Rasulullah dan khulafaur rasyidun? adakah titik temu antara sistem politik Islam dengan sistem demokrasi?

D.  Sumber Rujukan

Al-Quran dan terjemahan
Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Kitab Tauhid, jilid 1&2, terj; Kathur Suhardi, Darul Falah, Jakarta: 2003
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Sebuah Pengantar), Amzah, Tanpa Kota:  2005.
Ali Nizar, Memahami Hadis Nabi (Metode Dan Pendekatan), Cesad, Yogyakarta, 2001.
A.Qodir Hasan, Ilmu Musthalah Hadis, Diponegoro, Bandung, 2007.
Baidan Nasruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj Mudzakir As, Litera Antar Nusa: 2007.
Rasyid, Sulaiman, Sumber Hukum Islam Permasalahan Dan Fleksibilitasnya, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Yusuf Baharudin, Keteladanan Rasulullah SAW, Ittaqa Press, Yogyakarta: 1999.
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, LPPI, Yoyakarta: 2007.
Shihab, M. Quraish, 1998, Wawasan Al-Qur’an, Cet. VIII, Bandung: Penerbit Mizan
Yusuf al-Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam Dalam Pandangan Al-Quran Dan Sunnah. Jakarta. Citra Islami Press. 1997
                                          , Hukum-Hukum Zakat Studi Komparatif Mengenai Stasus Filsafat Zakat Dalam Quran dan Sunah. Jakarta. Lentara Antar Nusa. 1996.
Masyarakat Berbasis Syariat Islam Hukum Perekonomian, Perempuan. Solo: Era Intermedia: 2003.
Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wawasan Fikih, jakarta: Remaja Rosdakarya, 2003.
Sony Warsono- Bin Hardono, Al-Quran Dan Akuntasi Menggugah Pikiran Mengetuk Relung Qalbu, Yogyakarta: Abpublisher, 2012.
Mary Evelyn Tucker dan John A Grim (ed), Agama, Filasafat Dan Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2003
Ali Muhammad Tufiq, Praktik Manajemen Berbasis al-Quran, Jakarta: GIP, 2004
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Quran Tentang Etika dan Bisnis, Jakarta: Salemba Dinayah, 2002.
Buchori Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung:  Alfabeta, 2009.
M. Hasan Qadran Qoramaliki: al-Quran dan Pluralisme Agama Islam Satu Agama Di Antara Jalan Yang Lurus Dan Toleransi Sosial, jakarta: Sadra Press, 2011.




[1] Dalam arti yang lain Manusia Modern adalah manusia yang sudah kehilangan jati dirinya, perilakunya sudah seperti perilaku robot, tanpa perasaan. Senyumnya tidak lagi seindah senyuman fitri seorang bayi, tetapi lebih sebagai make up. Tawanya tidak lagi spontan seperti tawa ceria kanak-kanak dan remaja, tetapi tawa yang diatur sebagai bedak untuk memoles kepribadiannya. Tangisannya tidak lagi merupakan rintihan jiwa, tetapi lebih merupakan topeng untuk menutupi borok-borok akhlaknya, dan kesemuanya sudah diprogramkan kapan harus tertawa dan kapan harus menangis.
[2]Sebagai akibat dari penyakit manusia modern yang berkepanjangan, maka manusia modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa: (a) Kecemasan (b) Kesepian (c) Kebosanan (d) Perilaku menyimpang, (e) psikosomatis (f) pemiskinan dan penindasan terstruktur.
[3]ôs)s9ur$oYø)n=yzz`»|¡SM}$#`ÏB7's#»n=ß`ÏiB&ûüÏÛÇÊËȧNèOçm»oYù=yèy_ZpxÿôÜçRÎû9#ts%&ûüÅ3¨BÇÊÌÈ¢OèO$uZø)n=yzspxÿôÜZ9$#Zps)n=tæ$uZø)n=ysùsps)n=yèø9$#ZptóôÒãB$uZø)n=ysùsptóôÒßJø9$#$VJ»sàÏã$tRöq|¡s3sùzO»sàÏèø9$#$VJøtm:¢OèOçm»tRù't±Sr&$¸)ù=yztyz#uä4x8u$t7tFsùª!$#ß`|¡ômr&tûüÉ)Î=»sƒø:$#ÇÊÍÈ
3. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. <al-Mukminun: 12-14>
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#uržwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
4. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku <ad-Dzariat: 56>.
[5]y#øx.šcrãàÿõ3s?«!$$Î/öNçGYà2ur$Y?ºuqøBr&öNà6»uŠômr'sù(§NèOöNä3çGÏJョNèOöNä3Íøtä§NèOÏmøŠs9Î)šcqãèy_öè?ÇËÑÈ
5. Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? <al-Baqarah: 28>
šÏ9ºxx.urü̍çRzOŠÏdºtö/Î)|Nqä3n=tBÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚöF{$#urtbqä3uÏ9urz`ÏBtûüÏYÏ%qßJø9$#ÇÐÎÈ$£Jn=sù£`y_Ïmøn=tãã@ø©9$##uäu$Y6x.öqx.(tA$s%#x»ydÎn1u(!$£Jn=sùŸ@sùr&tA$s%Iw=Ïmé&šúüÎ=ÏùFy$#ÇÐÏÈ$£Jn=sù#uäutyJs)ø9$#$ZîÎ$t/tA$s%#x»ydÎn1u(!$£Jn=sùŸ@sùr&tA$s%ûÈõs9öN©9ÎTÏökuÎn1užúsðqà2V{z`ÏBÏQöqs)ø9$#tû,Îk!!$žÒ9$#ÇÐÐÈ$£Jn=sù#uäu}§ôJ¤±9$#ZpxîÎ$t/tA$s%#x»ydÎn1u!#x»ydçŽt9ò2r&(!$£Jn=sùôMn=sùr&tA$s%ÉQöqs)»tƒÎoTÎ)Öäü̍t/$£JÏiBtbqä.ÎŽô³è@ÇÐÑÈ
6. 75. Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. (76). Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (77). Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat." (78). Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (79). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan <al-Anam: 75-79>
øŒÎ)urxs{r&y7/u.`ÏBûÓÍ_t/tPyŠ#uä`ÏBóOÏdÍqßgàßöNåktJ­ƒÍhèŒöNèdypkô­r&ur#n?tãöNÍkŦàÿRr&àMó¡s9r&öNä3În/tÎ/((#qä9$s%4n?t/¡!$tRôÎgx©¡cr&(#qä9qà)s?tPöqtƒÏpyJ»uŠÉ)ø9$#$¯RÎ)$¨Zà2ô`tã#x»ydtû,Î#Ïÿ»xîÇÊÐËÈ
7. 172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" <al-A’raf: 172> liat pula hadis “Kullu mauludin yuladu alal fitrah a abawahu yuhawidanaihi aw yunashironihi, aw yumajisanihi”. (Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah berpotensi untuk berbuat baik dan buruk tergantung orang tuanya, mau dijadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi (HR. Bukhori dan Muslim)

0 komentar:

Posting Komentar